Liga Terbaik yang Diremehkan

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/fb/79/84/fb7984c8fad426e21d1bf24e1fd3897a.jpghttps://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/fb/79/84/fb7984c8fad426e21d1bf24e1fd3897a.jpg

Divisi utama Perancis, Ligue 1, telah resmi menobatkan Paris Saint-Germain (PSG) sebagai juara 2015/16 setelah Zlatan Ibrahimovic dan kawan-kawan sukses menghancurkan Troyes 9-0 kala bertamu ke Stade de I’Aube (13/03).

Setelah kemenangan meyakinkan tersebut, PSG berhasil mendapatkan gelar Ligue 1 ke-empat mereka secara beruntun, dan liga utama Perancis ditutup.

Setidaknya itu yang muncul di pikiran banyak orang. Mereka merasa Ligue 1 tidak memiliki nilai jual, semenjak uang dari Timur Tengah mendarat di Ibu kota Perancis.

Liga yang sempat merasakan empat juara berbeda selepas dominasi Olympique Lyon (2001 – 2008), kini menjadi ‘tidak kompetitif’.

Ibrahimovic, Cavani, Lucas, Di Maria, dan kawan-kawan muncul kembali sebagai raksasa membangkitkan semangat George Weah, Ginola hingga Djorkaeff pada era 90-an, dengan iklim berbeda, tapi apakah benar kebangkitan PSG membuat Ligue 1 kehilangan nilai kompetisi mereka ?

a
Kejutan yang tak dipandang ? | PHOTO: So Foot

Fenomena Angers, Nice, dan Rennes yang berhasil menyicipi lima besar Ligue 1 2015/16 jadi satu indikasi bahwa hal ini patut diragukan.

Layaknya liga-liga top Eropa lainnya musim ini, tiga tim tersebut naik pamor sebagai kuda hitam, meski tak terlalu dipandang layak Leicester, Tottenham atau West Ham di Inggris, mereka juga berhasil mendobrak tatanan liga.

Sama seperti Chelsea Barclays Premier League (BPL), Olympique Marseille mengawali musim ini dengan buruk.

Manajemen klub berseteru dengan Marcelo Bielsa yang hengkang tiba-tiba di awal musim, dan hingga kini, Les Olympiens -julukan Marseille- bertengger di papan tengah liga.

Begitu juga dengan Olympique Lyon, rival dari Marseille itu berhasil menjadi runner-up musim 2014/15, dan tampil di Piala Super Perancis 2015.

Sejak bertanding melawan PSG di laga penanda musim baru itu, Lyon sudah terkena masalah. Suporter Les Gones -julukan Lyon- merasa klub tidak serius meningkatkan kualitas tim karena pasif di bursa transfer musim panas.

Presiden Olympique Lyon, Jean Michel-Aulas berjanji akan terus membantu Hubert Fournier untuk mendatangkan pemain-pemain berkualitas.

Lewat Oliver Kemen, Rafael, Beauvue, hingga pembelot, Jeremy Morel dan Valbuena, Olympique Lyon telah menghabiskan delapan juta Poundsterling di bursa musim panas. Sayangnya, itu tetap belum cukup bagi para suporter.

b
Sempat diragukan suporter | PHOTO: Super Sport

Mereka menginginkan seorang gelandang berkualitas yang dapat menggantikan Gonalons andai kata playmaker Les Gones itu hengkang.

Aulas sudah memberi tanda bahwa ia akan berusaha mendaratkan Sergi Darder dari Malaga, tapi nyatanya butuh waktu lebih untuk merealisasikan hal tersebut.

Darder akhirnya resmi dikontrak selama lima tahun pada 29 Agustus 2015, tapi saat itu Lyon sudah bermain empat kali di Ligue 1, dan baru bisa menghasilkan dua kemenangan.

Aulas terus mendapat teriakan-teriakan negatif dari tribun, ia telah menepati janjinya, tapi Lyon belum berhasil kembali ke habitat mereka sebagai raksasa Perancis. 25 pekan Ligue 1 berjalan, 10 diantaranya dihabiskan Les Gones di papan tengah.

Sebuah  kegagalan di mata suporter.

Kegagalan sebuah raksasa di mata para fanatis, merupakan hal mengasikan untuk penikmat netral.

Ingat bagaimana reaksi penikmat sepak bola kala Juventus terpuruk di awal musim ? Hal serupa harusnya juga terjadi saat melihat kegagalan Lyon!

Usai menerima lima kekalahan dan satu hasil imbang pada periode 20 November hingga 20 Desember 2015, Hubert Fournier dibebastugaskan dari pinggir lapangan.

Fournier meninggalkan Lyon di posisi sembilan kelasemen Ligue 1, padahal sebelum kalah dari OGC Nice 4-2 (20/11), ia sempat mengembalikan klub ke dua teratas liga.

c
The Closer you look, The less you see | PHOTO: Mirror

Bruno Genesio, asisten Fournier diangkat sebagai pengganti, dan ia sukses menjalani debut manajerial dengan tiga poin setelah mengalahkan Troyes 3-1.

Ganti kepala, bukan berarti Lyon berubah 180 derajat menjadi tak tersentuh.

Bruno tetap merasakan kekalahan melawan AS Saint-Etienne dan Bastia di lima pertandingan pertamanya, tapi ia juga berhasil membungkam para kuda hitam, Angers (3-0), SM Caen (4-1), bahkan PSG sekalipun tunduk di Stade des Lumieres, dengan skor 2-1.

Mereka sukses menunjukkan kemampuan terbaiknya saat dibutuhkan, bicara tentang persamaan, ini juga terjadi di Inggris lewat Manchester United.

Ya, jika kita melihat dari jarak yang lebih jauh, semua akan terlihat. Ligue 1 tetaplah liga kompetitif, bahkan mereka punya banyak kemiripan dengan BPL yang disebut-sebut sebagai terbaik dunia.

Kini, Lyon kembali ke posisi dua setelah mengalahkan Montpellier.

Lima laga tersisa, sangat kecil peluang Les Gones untuk keluar dari zona eropa pada saat Ligue 1 2015/16 ditutup 14 Mei 2016.

Melihat perjalanan klub-klub Ligue 1 musim ini, Olympique Lyon, OGC Nice, Stade Rennes, dan SCO Angers layak melapangkan dada Mei mendatang.

Mereka sukses membuktikan bahwa Ligue 1 adalah liga kompetitif, dan bukan milik PSG semata. Tidak seperti yang orang-orang katakan!

d

Toulouse renovasi demi Euro | PHOTO: Projets Achitecte Urbanisme

Untungnya lagi, klub-klub yang gagal menunjukkan performa terbaik mereka musim ini seperti Bordeaux, Lille, Marseille ataupun Toulouse akan tetap bisa menjual daya tarik mereka meski tak mendapat tiket kompetisi kontinental musim depan.

Hal ini datang setelah stadion mereka dipilih untuk menyelenggarakan Euro 2016, dan menjadi tempat negara-negara terbaik Benua Biru berlaga selama Juni-Juli mendatang.

Kalian mungkin berpikir bahwa ini tidaklah berpengaruh, tapi siapa yang bisa menyangkal jika atmosfer stadion adalah salah satu daya tarik sepak bola?